Selasa, 21 Oktober 2014

KARANGAN ILMIAH DAN NON ILMIAH,,MENULIS LAPORAN ILMIAH,RANCANGAN USULAN PENELITIAN,DAN SURAT MENYURAT CV

KARANGAN ILMIAH
  Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik
dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan
isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya
(Susilo, M. Eko, 1995:11).

Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan
tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan
etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,
makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya
semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

  • Ciri Karya Ilmiah
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap
pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang
bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek
(memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2. Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari
kepentingan_kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun
kelompok. Oleh karena itu, pernyataan_pernyataan yang bersifat mengajak,
membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

3. Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila
mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi,
kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa
mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4. Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar
induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau
data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan
suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

5. Menyajikan Fakta (Bukan emosi atau perasaan)
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual,
yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang
emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih
seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah,
dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

6 Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat.
Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

7 Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.


  • Syarat Karya Ilmiah
Berikut ini adalah syarat-syarat karya ilmiah :
· Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
· Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur
yang menyangganya.
· Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
· Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir
yang teratur.
· Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung
dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
· Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi
(paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

  • Jenis Karya Ilmiah
Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah.
Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta
panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya
ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya
ilmiah penelitian.

1. Karya Ilmiah Pendidikan
Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta
sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah
pendidikan terdiri dari:

a. Paper (Karya Tulis).
Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah
berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan
dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
Tujuan pembuatan paper ini adalah melatih mahasiswa untuk mengambil
intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen, penulisan
paper ini agak di perdalam dengan beberapa sebab antara lain,
Bab I Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III Pembahasan atau
Analisisdan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

b. Pra Skripsi
Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai
persyaratan mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan
bagi mahasiswa pada jenja0ng akademik atau setingkat diploma 3 ( D-3).
Format tulisannya terdiri dari
Bab I Pendahuluan (latar belakang pemikiran,
permasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian dan metode
penelitian).
Bab II gambaran umum (menceritakan keadaan di lokasi
penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab III deskripsi
data (memaparkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian).
Bab IV analisis (pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian).
Bab V penutup (kesimpulan penelitian dan saran)

c. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung
oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan )
maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan)skripsi ditulis sebagai
syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi harus
dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis.

d. Thesis
Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada
skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).
Penulisan thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan
tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku
kuliah master, khazanah ini terutama berupa temuan-
temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal
yangmenjadi tema thesis tersebut.

e. Disertasi
Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang
dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan
analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh
penulisnya dari sanggahan_sanggahan senat guru besar atau penguji pada
suatu perguruan tinggi, desertasi berisi tentang hasil penemuan_penemuan
penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu
hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat
orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar
Doktor.

KARANGAN NON ILMIAH

Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang
pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif,
tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang
popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

  • Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah :
· ditulis berdasarkan fakta pribadi,
· fakta yang disimpulkan subyektif,
· gaya bahasa konotatif dan populer,
· tidak memuat hipotesis,
· penyajian dibarengi dengan sejarah,
· bersifat imajinatif,
· situasi didramatisir,
· bersifat persuasif.
· tanpa dukungan bukti
Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel,
drama, dan roman.


  • PERBEDAAN
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim
diketahui orang dalam dunia tulis_menulis. Berkaitan dengan istilah ini,
ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi.
Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting
untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi
atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan_perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama,karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian
(faktual objektif).
Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan
objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau
empiri. Kedua,karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam
pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan
langkah_langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian
masalah dan penentuan strategi. Ketiga,dalam pembahasannya, tulisan ilmiah
menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan_perbedaan inilah
yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga
karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa
membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan
ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik
yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah
pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam
karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu,
dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat
mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah_istilah umum daripada istilah_istilah
khusus. Jika diperhatikan dari segi
sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan
dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah
agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah
memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan
semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang
telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan,
makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara
lain artikel,  feature,kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah
adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan
naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya
tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta
pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau
abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
  • Karya nonilmiah bersifat:
(1) emotif:
kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi
(2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti.
Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informative
(3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian
imajinatif dan subjektif
(4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

daudp65@hotmail.com (http://www.daudp65.com/)
http://fikarzone.wordpress.com/2011/02/15/karya-ilmiah-non-ilmiah/

 

 MENULIS KARANGAN ILMIAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah Membuat laporan. Bagaimanapun baiknya penelitian yang telah dilaksanakan, bagaimana bermutunya model-model yang sudah dibangun, bagaimana cepatnya hipotesis yang telah dirumuskan, ataupun bagaimana lengkapnya disain percobaan yang telah dipergunakan, penelitian tersebut belum dianggap berhasil jika laporan hasil penelitian belum dibuat. Hasil penelitian harus dilaporkan dan ditulis, karena laporan tersebut merupakan media komunikasi antara peneliti dengan pembaca ataupun antara penulis dengan badan-badan yang akan menggunakan hasil penelitian tersebut. Penulisan laporan penelitian tidak lain dari penyampaian pengalaman penelitian dan hasil-hasilnya kepada masyarakat. Tanpa ada penulisan laporan, hasil penelitian akan merupakan barang mati yang hanya dinikmati oleh si peneliti sendiri. Padahal tujuan penelitian tidak lain dari mencari sesuatu, dan menyampaikan hasilnya sebagai sumbangsih ilmuan kepada ilmu pengetahuan. Hasil penelitian tersebut dapat saja diterapkan dengan segera didalam masyarakat , ataupun digunakan sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan.
Tekhnik menulis laporan ilmiah mempunyai mempunyai cirri-ciri tersendiri. Penulisan laporan ilmiah lebih banyak merupakan suatu seni, sehingga pengalaman menulis lebih banyak berperan dalam menambah keindahan penulisan. Jika dalam langkah-langkah lain, peneliti dapat dapat meminta bantuan kepada pembantu-pembantunya dalam menyelsaikan kegiatan-kegiatan penelitian, tetapi dalam penilisan laporan, peneliti sendiri akan banyak mencurahkan tenaganya. Bentuk penulisan ilmiah merupakan kunci penting dari keseluruhan kegiatan penelitian, karena disinilah hasil penelitian dapat dievaluasikan, dan dapat diketahui secara pasti apakah penelitian tersebut telah berhasil baik atau tidak. Dari tulisan ilmiah tersebut masyarkat dapat menilai apakah hal-hal baru benar-benar telah ditemukan.
Bentuk laporan ilmiah yang akan disajikan tergantung dari jenis pembaca yang ditargetkan. Bahasa yang digunakan, gaya bahasa yang akan dipakai serta istilah-istilah yang dipilih dimaksudkan supaya pembaca dapt mencerna isi laporan tersebut dan dapat memahami penemuan-penemuan baru yang disampaikan. Karena itu, sistematika penulisan, cara penyampaian penemuan, alat-alat  yang digunakan serta penafsiran yang diberikan harus dapat menemui sasaran.
Yang harus digarisbawahi dalam menulis laporan penelitian adalah fungsi komunikatif yang diemban oleh peneliti. Laporan dibuat bukan diperuntukkan bagi peneliti sendiri, tetapi sebagai alat berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, jenis pembaca yang ditujukan kepada sesama kolega ilmuan akan berbeda dengan laporan yang ingin disampaikan kepada pembuat keputusan , karena bagi pembuat keputusan, laporan tersebut perlu segera dituangkan dalam kegiatan nyata. Laporan juga akan berbeda dalam bentuk dan cara pengungkapannya jika laporan tersebut ditujukan kepada masyarakat umum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    DEFINISI LAPORAN ILMIAH
Laporan ilmiah merupakan laporan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengguanakan gaya bahasa yang digunakan disesuaikan dengan jenis sasaran peneliti yaitu sesame kolega ilmuan,kepada para pembuat keputusan, ataupun kepada masyarakat umum,serta berfungsi sebagai alat komunikasi antara peneliti dengan pembaca.
Laporan suatu kegiatan penelitian memuat berbagai aspek yang dapat member gambaran kepada orang lain tentang seluruh kegiatan, langkah, metode, tekhnik maupun hasil dari penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005).
Membuat laporan ilmiah merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Tanpa adanya laporan ilmiah berarti hasil dari penelitian yang telah dilakuakan menjadi tidak ada artinya, karna tujuan dari penelitian adalah agar bagaimana orang lain mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilkukan, oleh sebab itu bagaimanapun bagus dari hasil penelitian tidak akan berarti tanpa belum adanya laporan ilmiah dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil penelitian tersebut dapat dinilai oleh masyarakat apakah lanyak untuk diterapkan dalam kehidupan ataupun sebagai hasanah ilmu pengetahuan.
Menurut Nazir, 2005, penulisan laporan penelitian harus disesuaikan dengan konsumen hasil penelitian tersebut. Seorang peneliti perlu mempertimbangkan tiga hal dalam menulis laporan.
1.   Sampai dimana tingkat pengetahuan dari pembaca?
2.   Apakah yang perlu diketahui oleh pembaca tersebut?
3.   Bagaimana cara menyampaikan hasil penelitian, sehingga keterangan yang diberikan dapat dicerna dengan mudah oleh pembaca?
Cara penulisan hasil penelitian harus disesuaikan sedemikian rupa, sehinga komunikasi yang ingin disampaikan dapat mengenai sasarannya secara tepat.

B.     JENIS-JENIS LAPORAN ILMIAH
Jenis-jenis dari laporan ilmiah itu sendiri terdapat empat jenis laporan ilmiah, yaitu laporan lebgkap atau monograf, artikel penelitian, laporan sumir (summary report), dan laporan untuk administrator serta pembuat kebijakan (policy maker).
1.      Laporan Lengkap (monograf)
      Beberapa hal berikut yang perlu diperhatikan, jika laporan penelitian dibuat dalam bentuk monograf.
a.       Laporan harus berisi proses penelitian secara menyeluruh dengan mengutarakan semua tekhnik dan               pengalaman peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian tersebut.
b.      Tekhnik penulisan harus sesuai dengan kelompok target dari sang peneliti.
c.       Laporan ilmiah juga harus menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi disetiap tingkatan analisis
d.      Jika diperoleh pengalaman-pengalaman atau penemuan-penemuan yang tidak ada hubungannya           langsung dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan janganlah penemuan itu dibuang dengan serta merta. Ada kemungkinan hasil penemuan atau pengalaman tersebut dapat merupakan kunci bagi penulis lain dalam memberikan makna pada penelitian lain dibelakang hari.
e.       Peneliti juga harus menyampaikan kegagalan yang yang dialaminya, disamping sukses yang diperoleh.
f.       Laporan ilmiah harus di bagi dalm bab-bab, bagian-bagian, sub-sub bagian denagn judul-judul yang    padat, sehingga pembaca dapat memilih materi yang relevan baginya dengan mudah.
2.       Artikel Ilmiah
Laporan dalam bentuk artikel ilmiah adalah perasaan dari laporan lengkap (monograf). Laporan dalam bentuk artikel ilmiah adalah laporan tentang salah satu dari aspek-aspek yang terdapat dalam laporan lengkap. Laporan dalam bentuk artikel harus difokusskan pada masalah penelitian tunggal yang objektif, sehingga lampiran, kata pengantar, dan daftar isi tidak dimasukkan dalm laporan.
Laporan dlam bentuk artikel ilmiah perlu berisi disain penelitian, prosecing data, dan analisis dalam bentuk yang lebih diperpendek dan dipadatkan. Tabel-tabel juga perlu dipadatkan. Yang terpenting dalam membuat laporan untuk dijadikan sebuah artikel ilmiah adalah memanfaatkan informasi tentang materi-materi menjadi terpadu dan relevan. Laporan dalam bentuk artikel juga ilmiah juga memrlukan abstrak, yang berisi 200-300 kata.
3.       Laporan Ringkas (summary report)Summary report merupakan penulisan ulang kembali tentang artikel-artikel yang sudah diterbitkan ataupun studi-studi yang berkenaan dengan masyarakat dan ditulis dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti.
4.       Laporan untuk Administrator dan Pembuat Kebijakan
Laporan yang ditujukan kepada administrator dan pembuat kebijakan harus mempunyai bentuk tersendiri. Laporan yang dibuat tidak perlu dalam bentuk lengkap, karena administrator dan pembuat kebijakan tidak memerlukan laporan demekian, Yang diperlukan dalam laporan tersebut adalah penjelasan serta diagnosis terhadap maslah yang diperlukan.
Laporan untuk administrator dan pembuat keputusan perlu ditulis dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka. Krena itu, istilah-istilah teknis, jika digunakan, haruslah istilah teknis yang sesuai dengan penerapan dilapangan.

C.     JENIS KONSUMEN ATAU TARGET DARI PENULISAN LAPORAN
Secara umum, penulisan laporan hasil penelitian dapat ditujukan kepada tiga jenis konsumen yaitu :
1.      Masyarakat Umum
Laporan yang ditujukan pada masyarakat umum, harus dapat memberi gambaran praktis kepada pembaca. Laporan ini berupa brosur, artikel, ataupun mary report (laporan ringkasan) yang berisi hal-hal yang praktis yang dapat dipergunakan secara langsung oleh masyarakat. Dalam laporan ini, peneliti tidak perlu menyampaikan teknik-teknik yang sukar dicerna oleh masyarakat umum.
2.      Sponsor Penelitian
Konsumen kedua adalah sponsor dari penelitian itu sendiri. Banyak penelitian yang dilakukan baik oleh institusi ilmiah atau universitas, disponsori oleh suatu badan tertentu. Karena itu, hasil penelitian tersebut perlu dilaporkan pada sponsor yang telah membiayai penelitian tersebut. Jenis laporan yang disampaikan harus sesuai dengan keinginan dan tujuan sponsor, lebih-lebih dalam hubungannya dengan penerapan penemuan penelitian tersebut.
3.       Masyarakat Ilmiah
Konsumen ketiga dari penelitian adalah masyarakat ilmiah. Penelitian-penelitian baik yang berupa tesis, skripsi, maupun disertasi, pertama-tama ditujukan kepada komisi Pembimbing atau komisi tesis. Karena itu, bentuk, gaya bahasa, dan isi laporan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu universitas.
Untuk konsumen masyarakat ilmiah, laporan penelitian harus dibuat seutuh mungkin tanpa meninggalkan penulisan tentang komponen-komponen teknik, alat-alat, dan disain yang dipergunakan dalam penelitian. Semua kegiatan yang berhubungan dengan daya nalar dan proses penelitian yang telah dikerjakan harus dilaporkan secara mendalam dan terperinci. Hasil laporan penelitian demikian bisa berbentuk monograf ataupun artikel ilmiah.

D.    OUTLINE DARI LAPORAN ILMIAH
Menurut Nazir, 2005, Laporan ilmiah harus berisi hal- hal berikut:
1.   Pernyataan tentang masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian tersebut
2.   Prosedur penelitian, yang mencakup desain penelitian, metode ekperimental yang dipilih, semple yang ditarik, teknik pengumpulan data, serta metode- metode statistik yang digunakan, baik dalam kegiatan pengumpulan data ataupun dalam analisis.
3.   Hasil penelitian dan penemuan- penemuan
4.   Implikasi yang dapat  ditarik  dari penelitian tersebut
Di dalam pernyataan tentang  masalah yang ingin dipecahkan, perlu dilaporkan alasan- alasan mengapaa masalah tersebut samapai  begitu penting untuk diteliti? Latar belakang yang lengkap tentang masalah perlu diberikan untuk mendukung alasan- alasan yang diberikan, sehingga masalah tersebut patut dipercahkan secara alamiah. Relavansi pemecahan  masalah, baik dalam aspek- aspek teori maupun dalam aspek- aspek praktis dalam masyarakat perlu dikemukan sejelas- jelasnya
Dalam penulisan tentang pentingnya masalah yang diteliti, ringkasan- ringkasan dari beberapa studi  sebelumnya mempunyai relavansi deng masalah yang dipecahkan, perlu juga diikutsertakan. Penyampaian- penyampaian studi- studi tersebut dimasudkan untuk menjamin terdapatnya suatu kesinambungan, baik dalam perumusan hipotesis, konsep- konsep atau metodologi. Unsur- unsur pokok dalam masalah  perlu dihubungkan secara jelas dengan tujuan penelitian.
Laporan ilmiah juga harus berisi keterangan tentang cara- cara penelitian dilaksanakan. Desain pokok apakah yang dipergunakan? Desain percobaan mana yang dipilih dan jenis pengukuran apa yang dilakukan? Alat- alat apa yang digunakan dalam kegiatan mengumpulankan data? Jenis responden manakah yang dipilih, dan teknik sampling apa yang pula yang dilaksanakan.
Dalam prosedur penelitian perlu juga dijelaskan analisis statistik yang digunakan, dan level signifikan yang dipilih. Jika teknik statistik yang dipakia adalah teknik yang sudah lazim, rumusan statistic tidak perlu digunakan. Di lain pihak, jika teknik analisa dibuat dengan teknik statistik yang jarang digunakan, rumus- rumus perlu diberikan secara jelas.
Laporan ilmiah juga harus berisi hasil penemuan dengan bukti yang lengkap, bukti- bukti yang mendukung hipotesis yang telah dirumuskan , ataupun tidak. Bukti- bukti yang dipaparkan haruslah relavan dengan penelitian. Konsekuensinya, tidak semua tabel yang dibuat perlu dimasukkan dalam laporan. Penjelasan hasil penelitian harus relavan dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan dan hipotesis yang dirumuskan.

E.     GAYA BAHASA DALAM LAPORAN ILMIAH
Sifat utama  dalam menilis laporan ilmuah adalah jelas dan akurat. Gaya bahasa yang menambah kualitas penulis dapat dianggap sebagai suatu bonus saja dalam penulisan laporan ilmuah. Walaupun demikian tidak ada salahnya laporan ilmiah ditulis dengan gaya bahasa hidup dan menarik supaya pembaca lebih merasa puas dalam membaca laporan tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan dalam menulis laporan adalah mengambil keputusan tentang keterangan keterangan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana jenis jenis fenomena itu ingin dihubungkan satu dengan yang lain. Pada tingkat ini peneliti perlu terlebih dahulu menulis outline penelitiannya. Adanya outline tersebut nerarti peneliti telah memutuskan apa yang ingin disampaikan, dan bagaimana tiap bagian dihubungkan dengan bagian lain secara logis. Setelah itu barulah diatas lebih terperinci. Dengan membuat keterangan outline, peneliti dapat melihat dengan jelas apakah semua materi telah dimasukkan ataukah ada sesuatu yang tertinggal. Outline tersebut kemudian dikembangkan dengan menambah subtopik, bagian, subbagian, dan lain lain. Dari pengembangan outline ini, peneliti dapat lebih mudah melihat ada tidaknya hubungan logik antar materi yang ingin ditulis.
Menurut Trelease (1958), memberikan langkah-langkah berikut dalam membuat outline:
1.      Buatlah outline sesederhana mungkin dan aturlah topik-topik dalam urutan yang logis dan mudah dibaca.
2.      Kembangkan outline tersebut dengan cara memberikan judul, subjudul, bagian, subbagian dari masing-masing bagian.
3.      Kemudian kembangkan outline tersebut diatas lebih lanjut dengan mengadakan pengaturan yang lebih efektif dan rasional.
4.      Kemudian mulai menulis.
Pada tahap permulaan, peneliti  tidak perlu terlalu menekankan kepada gaya bahasa yang digunakan. Hanya saja perlu diingat bahwa peneliti sedang menulis laporan ilmiah, bukan artikel untuk dimuat dimajalah hiburan. Setelah selesai draft pertama barulah dicoba untuk memperbaiki gaya bahasa. Dalam penulisan ilmiah, bahasa yang digunakan tidak memerlukan gaya bahasa puitis. Yang prnting adalah tata bahasa yang benar. Syah (1972) memberikan saran-saran berikut dalam menulis laporan:
  • Tulislah sesuatu dengan jelas. Kalimat-kalimat harus dibuat sesederhana mungkin. Jangan menggunakan kaliamat yang terlalu panjang.
  • Hati-hati dalam menggunakan terminologi. Berilah definisi terhadap terminologi ilmiah supaya engertiannya tidak meragukan.
  • Gunakan tata bahasa dan ejaan yang benar. Penggunaan koma, titik koma, titik, dan titik dua sesuai dengan temptnaya.
  • Sebayak mungkin gunakan kaliamat aktif. Buatlah kalimat aktif sependek-pendek dan hindari kalimat yang terlalu panjang.
  • Nomor bab, subbab, tabel, dan gambar-gambar dengan sistem yang sesederhana mungkin.
Dibawah ini diberikan beberapa check-list dari kesalah-kesalan yang sering dibuat dalam menulis laporan penelitian.
1.      Ketidaktepatan
  • Membesar-besarkan fakta atau pernyataan.
  • Salah penafsiran karena data yang diperlukan tidak dimasukkan.
  • Kesalah dalam menghitung, membuat atau menggunakan istilah.
  • Kesimpulan yang ditarik didasarkan pada bukti yang tidak cukup.
  • Penggunaan matematika yan g tidak cocok.
  • Mencampurbaurkan antara fakta dan opini.
  • Terdapa t kontraindikasi dan ketidakkonsistenan dalam pernyataan-pernyataan.
2.      Penyampaian yang tidak baik
  • Menghilangkan topik yang penting.
  • Kesalahan dalam mengututkan subbab, bagian dan sebagainya.
  • Memasukkan materi dalam bagian atau paragraf yang salah.
  • Pengembangan topik yang kurang lengkap.
  • Memasukkan hal-hal yang tidak relevan secara tiak terperinci.
  • Gagal dalam usaha membedakan antara yang baru dan yang terkenal.
  • Kurang mementingkan penafsiran dan kesimpulan.
3.      Kekurangan gaya bahasa
  • Kalimat yang terlalu panjang ataupun penggunaan tata bahasa yang terlalu sukar
  • Kalimat yang terlalu pendek
  • Kalimat yang terlalu lemah dengan kata-kata yang tidak ada artinya.
  • Kalimat yang kurang jelas sehingga perlu dibaca berkali-kali untuk memahaminya.
  • Paragraf yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek.
  • Kalimat yang bertela-tele atau tidak langsung kesasaran.
  • Menggunakan kata-kata yang terlalu umum.
  • Pengulangan kata-kata yang tidak perlu dari kata-kata yang sama atau kalimat yang sama.
  • Terlupa menggunakan kata penghubung ataupun kata-kata asing.

F.      BEBERAPA BENTUK YANG SERING DIGUNAKAN
1.      Penggunaan huruf besar
Setiap memulai kalimat, huruf pertama harus dimulai dengan huruf besar. Selain itu gunakan huruf besar dalam halhal berikut.
  • Huruf pertamadalam ungkapan yang berhubungan denhgan keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti.
  • Huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti oleh nama org.
  • Huruf pertama nama jabatan, pangkat yang diikuti nama org.
  • Huruf pertama nama org, bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari besar, nama khas geografi, badan resmi, lembaga pemerintahan, dokumen resmi.
  • Huruf pertama kata dari nama buku, majalah, surat kabar danjudul keterangan, kecuali kata partikel, seperti di, ke, dari, yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
  • Huruf pertama nama sapaandan ringkasan nama gelar kecuali gelar dokter.
  • Huruf pertama bahan produksi pabrik
  • Huruf pertama dari judul buku, judul dari bab, artikel yang digunakan dalam teks.
  • Huruf pertama dari nama genera, famili, ordo, kelas, subdivisi, dan divisi, baik untuk nama ilmiah tanaman atau hewan.
2.      Penggunaan huruf miring atau italics
Kalimat, huruf, kata-kata, simbol dan sebagainya yang ingin dicetak dengan huruf miring harus harus digaris bawahnya. Pencetakan miring dan huruf, kalimat, kata-kata dan sebagainya dinamakan tulisan dalam italics. Beberapa kata-kata atau huruf sering dinyatakan dalam italics yaitu:
  • Simbol-simbol aljabar seperti: Ax+By+C=10
  • Genera dan spesies : oryza sativa, equus cabalis, homo sapiens, dan sebagainya.
  • nama buku, periodikal, pamflet, jika buku, priodikal dan panflet tersebut muncul dalam teks. Untuk judul artikel atau judul bab jangan ditulis dalam italics.
  • Kata-kata asing seperti : ceteris paribus, insitu, et al, viz, in mediares dan lain sebagainya.



3.      Penulisan nama tanaman dan binatang
Dalam tulisan ilmiah, nama tanaman dan binatang dapat ditulis dalam dua namayaitu nama ilmiah dan nama biasa. Nama ilmiah dari tanaman dan binatang terdiri dari genus, spesies, dan kependekan dari nama orang yang memberikan nama kepada hewan atau tumbuhan tersebut. Nama ilmiah dicetak dalm huruf miring atau ditulis dalam italic, yaitu jika diketik atau ditulis dengan tangan harus digaris bawahnya.

G.    BIBLIOGRAFI ATAU DAFTAR RUJUKAN
Dalam mengerjakan penilitian, tidak ada satupun peneliti yang tidak membaca karang-karangan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dikerjakannya. Seorang peneliti diharapkan sudah membaca tulisan-tulisan, buku-buku ataupun materi-materi lain yang berhubungan dengan penlitiannya. Bacaan-bacaan tersebut sudah diseleksi, harus dilaporkan dalam laporan penelitiannya.
Tujuan dari pembuatan daftar rujukan ini adalah memberikan penghormatan secukupnya kepada sumber informasi yang telah kita kutip, memungkinkan pembaca untuk menelususri sumber asli dari rujukan itu, baik untuk tujuan verifikasi maupun sebagai sumber informasi yang lebih lengkap.
Pada dasarnya terdapat tiga gaya penulisan dalam pembuatan daftar rujukan, yaitu gaya Harvard (Sistem nama dan tahun, dalam daftar rujukan nama pengarang disusun menurut abjad), gaya Vancouver (Sistem nomor, dalam daftar rujukan nama pengarang disusun menurut urutan pemunculan dalam naskah), dan gaya gabungan(Sistem nomor tetapi daftar rujukan disusun menurut abjad), antara gaya Harvard dengan Vancouver. Masing-masing dari ketiga gaya penulisan daftar rujukan diatas meiliki kekurangan dan kelebihannya masing. Gaya Harvard terutama memberi kejelasan mengenai sumber dan tahun informasi, tetapi banyak mengambil tempat dalam naskah. Sedangkan gaya Vancouver bersifat sangat ringkas. Gaya Harvard banyak dipakai dalam tesis, disertasi serta laporan penelitian, tetapi jurnal biomedik sebagian besar memakai gaya Vancouver.
Unsur-unsur dalam daftar rujukan, antara lain:
  • Penulis : mencakup penulis utama dan penulis pendamping (coauthor).
  • Judul : mencakup judul, subjudul makalah dalam jurnal, bab atau bagian buku dan judul, subjudul majalah, buku atau monografi.
  • Fakta-fakta penerbitan : mencakup tempat (kota), penerbit, waktu penerbitan (datum), dan jika perlu volume dan atau edisi (kecuali edisi pertama). Tempat penerbitan (kota) dituliskan nama lengkap resmi kota tempat buku tersebut diterbitkan. Jika lebih dari satu kota, tulis yang pertama saja. Untuk kota yang tidak terkenal, tuliskan juga negaranya.
Contoh penulisan daftar rujukan dalam berbagai bentuk yang sesuai menurut gaya vancouver :
1.      Artikel jurnal baku (standard journal article)
  • Pengarang 6 atau kurang
Mandrelli F, Annino L, Rotoli B. The GIMEMA ALL 0813 trial: analysis of 10-year follow-up. Br J Haematol 1996;92:665-72.
  • Pengarang lebih dari 6
Owens DK, Sanders GD, Harris RA, McDonald KM, Heidenreich PA, Dembitzer AD, et al. Cost-Effectiveness of Implantable Cardioverter Defibrillators Relative to Amiodarone for Prevention of Sudden Cardiac Death. Ann Intern Med 1997;126:1-12.
2.      Buku dan Monograf lain
Armitage P, Berry G. Statistical Methods in Medical Research. 2nd ed. Oxford (UK): Blackwell Science;1994.
3.      Prosiding pertemuan ilmiah
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology: 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam:Elsevier; 1996.
4.      Bahan publikasi lain
Mullery S. Doctors must figth child labor.Asian Medical News September 1996; Sect. A:1 (col.1-3).
Joesoef D. Mendambakan Utopia. Kompas 1998 Jan 8;Sect. A:4(col.5).
H.    BENTUK ATAU FORMAT LAPORAN PENELITIAN
Agar hasil penelitian mudah dipahami oleh orang lain, maka hasil tersebut harus disusun dalam format dan sistematika yang baik. Menurut Notoatmodjo, apabila hasil penelitian tersebut merupakan skripsi sarjana, tesis magister, atau disertasi doctor, biasanya menggunakan format sebagai berikut :
1.      Bagian pendahuluan, yang terdiri dari :
a.       Latar belakang
b.      Perumusan masalah
c.       Tujuan Penelitian
d.      Kegunaan atau manfaat penelitian
2.      Tinjauan kepustakaan, terdiri dari :
a.       Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian tersebut
b.      Hasil-hasil  penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
3.      Kerangka konsepsual dan hipotesis
a.       Asumsi-asumsi kerangka konsepsual.
b.      Kerangka konsep penelitian
c.       Hipotesis-hipotesis
d.      Variasi-variasi penelitian dan definisi variabel-variabel tersebut.
4.      Bahan dan cara (metode penilitian)
5.      Hasil dan pembahasan penelitian
6.      Kesimpulan dan rekomendasi
7.      Daftar kepustakaan (refrensi)
8.      Lampiran-lampiran

DAFTAR PUSTAKA
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Menyiapkan%20Tulisan%20Ilmiah/Menulis%20Jurnal%20Ilmiah.pdf

 http://suwela.wordpress.com/2011/01/13/penulisan-laporan-ilmiah/

 

 


Rancangan Usulan Penelitian

17 Feb
Rancangan Usulan Penelitian
GUNA RANCANGAN USULAN PENELITIAN
Suatu penelitian itu mungkin bermaksud dan bertujuan untuk memperoleh data informasi dan kemudian untuk bahan menulis. Misalnya
a.   Skripsi
b.   Makalah untuk seminar, simposium, dan pertemuan ilmiah lainnya
c.    Karangan ilmiah d.   Tesis magister/disertasi doktor
e.    Laporan proyek

Bobot dan mutu akademis karangan ilmiah hasil penelitian itu dapat dikaji dan dinilai dari 6 aspek
  • Aktualitas masalah
Masalah yang diformulasikan haruslah masalah yang masih hangat diperbincangkan/upto date dan banyak mencari perhatian para ahli untuk dicari jawabannya serta juga harus nyata adanya
  • Relevansi manfaat praktis
Jawaban masalah yang dikemukakan bernilai prakktis, sehingga hasil penelitian bedaya guna serta menjangkau masyarakat luas. Kesimpulan- kesimpulan yang ditarik harus mantap dan saran-sarannya menarik perhatian dan beralasan kuat
  • Metodologi penelitian akurat
bObot mutu akademis karya tulis hasil penelitian itu ditentukan juga oleh adekuasi rancangan penelitian, instrumentasi dan pengukuran, metodologi penulisannya juga ikut menentukan bobot nilai/ mtu akademis karya tulis ilmiah
  • Orisinalitas penelitian
Penelitian disebut orisinal bila bahan dan atau metode yang digunakan belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, setidak-tidaknya menurut jangkauan informasi yang tersedia. Dengan kata lain walaupun bahan sama tetapi metodenya beda, maka penelitian itu dianggap penelitian orisinal dan juga sebaliknya jika bahan beda tapi metode sama itu juga digolongkan penelitian orisinal
  • Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan
Penelitian yang bersipat integratif dan konprehensif yaitu penelitian yang hasilnya merupakan kebulatan dan menyeluruh

  • Sistematika penyusunan karya tulis
Ketajaman logika (way of thinking) dan urutan serta kaitan logika (flow of thought) ini mengarahkan sistematika dan jelasnya pokok persoalan dalam karya tulis, apabila materi yang terkumpul dikomunikasikan secara konsisten dengan menjaga relevansi setiap aspek, sedemikian sehingga kalimat yang satu berhubungan dean berkaitan maka komunikasi yang dibuat akan lebih epektiif

rancangan usulan penelitian adalah langkah yang paling awal dalam proses penyusunan penelitian. Usulan penelitian adalah langkah berikutnya, dan makalah adalah hasil akhirnya.
Rancangan usulan penelitian ini memberi gambaran secara menyeluruh tentang pokok masalah yang hendak diteliti, teori dan konsep serta data yang dipakai untuk melakukan penelitian; cara penelitian dilakukan dan hasil yang diharapkan akan dicapai. Rancangan usulan penelitian ini dipakai untuk menilai apakah seorang itu bisa mulai melakukan penelitian secara mandiri.
RANCANGAN USULAN PENELITIAN Terdiri Dari 3 Bagian Pokok
Rancangan usulan penelitian  sekurang-kurangnya memuat unsur-unsur pokok sebagai berikut :
  1. Bagian Awal
    1. Judul penelitian yang direncanakan akan dilakukan.
Ditulis dengan huruf kapital, judul harus “ekspressif”, singkat tetapi informatif, yaitu menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti, dibawah judul ditulis kalimat “rancangan usulan penelitian untuk……. (skripsi, tesis, laporan dll)
  1. Identitas penyusun rancangan.
Diahului dengan kata oleh lalu ditulis nama peneliti, atau identitas lainnya yang dianggap penting
  1. Tanggal pengajuan rancangan
Didahului dengan kalimat “ diajukan kepada ….., pada tanggal….

  1. Bagian Utama
Bagian utama meliputi :
  1. Perumusan masalah
Berisi tengtang penjelasan mengapa masalah yang dikemukan dalam judul dianggap menarik, penting, dan perlu di teliti. Dalam perumusan masalah perlu bukti bahwa masalah itu belum ada jawabannya atau pemecahannya(yang memuaskan) dalam perumusan masalah juga dikemukakan konteks masalah itu dengan permasalahan lain. Unsur pokok perumusan masalah ini sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut :

    1. Penjelasan mengenai mengapa masalah yang dikemukakan dalam rancangan usulan penelitian untuk disertasi itu dipandang menarik, penting dan perlu diteliti.
    2. Beberapa bukti bahwa masalah tersebut belum ada jawaban atau pemecahan yang memuaskan.
    3. Letak masalah yang akan diteliti itu dalam konteks permasalahan yang lebih besar.
  1. Tujuan dan kegunaan penelitian.
Secaa eksklusif dan spesifik harus diseebutkan maksud dan tujuan penelitian, kegunaan dan arti pentingnya hasil penelitian yang diharapkan.
  1. Kerangka pemikiran teoritis.
Dalam bagian ini dikemukakan tengtang garis-garis besar pemikiran teoritis sedemikian sehingga jelas “pokok permasalahan”nya.  Kerangka pemikiran yang logis itu dapat pula disusun berdasarkan hasil observasi lapangan atau dari pertemuan ilmiah
  1. Hipotesis kerja
Tidak semua penelitian memiliki hipotesis tetapi jika penelitian itu ada hipotesis, maka hipotesis harus dirumuskan dengan tepat, singkat, jelas dalam kalimat berita atau “kalimat deklaratif”
  1. Metode penelitian.
Dalam metode penelitian disebutkan beberapa maslah, yaitu :
  1. Penentuan subjek penelitian, penentuan sampel yang akan dugunakan, penentuan ‘ sampling design’  yang akan dipakai, dan teknik pengambilan sampel
  2. Metode pengumpulan data, alat pengukuran, dan cara pengukuran semuannya ditulis secara jelas
  3. Bahan yang akan dipakai (bahan kimia, obat-obatan dan sebagainya) perlu disebutkan spesipikasinya dan pabrik yang mengeluarkan jika ada, bila bahan berupa hewan disebutkan ras, jenisnya dan asalnya dan sedemikian juga jika bahannya adalah tumbuhan
  4. Dalam bagian ini perlu disebutkan alat perlengkapan untuk laboratoeium atau untuk lapangan yang aka dipakai
  5. Teknik atau model analisis (statistik) yang akan dipakai dan perlu dijelaskan mengapa memakai metode statistik tersebut
  6. Jika perlu disertakan rancangan untuk menerima atau menolak hipotesis dengan menggunakan hipotesis nihil

  1. Jadwal penelitian.

 Dalam bagian ini perlu pertimbangan kelayakannya, jadwal penelitian perlu dibagi-bagi berdasarkan tahap-tahap penelitian (hari, minggu, dan bulan) Jadwal penelitian dibuat secara cermat, dengan mempertimbangkan kelayakannya. Jadwal penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
    1. Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan.
    2. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing tahap, dinyatakan dalam satuan bulan.
    3. Rincian kegiatan untuk tahap masing-masing.

  1. III.             Bagian Akhir
  1. Daftar pustaka
Penulisan daftar pustaka didasarkan atas pustaka yang telah dijadikan sumber dalam penyusunan rancangan usulan penelitian. Tujuan utama penyajian daftar pustaka adalah memberi informasi mengenai bagaimana orang dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan dalam rancangan usulan penelitian. Hal-hal yang perlu disebutkan dalam daftar pustaka adalah seperti disebutkan dibawah ini :
    1. Untuk buku :
  1. Nama penulis
  2. Untuk jurnal :
  3. Untuk sumber pustaka lain dapat digunakan pedoman yang lazim.
  4. Cara menulis pustaka dan artikel sesuai ketentuan yang berlaku.
    1. Tahun penerbitan
    2. Judul buku
    3. editor
    4. jilid ke-
    5. nama penerbit
    6. Tempat penerbitan.
    7.  halaman
    1. Nama penulis
    2. Tahun penerbitan
    3. Judul tulisan
    4. Nama jurnal
    5. Jilid ( dan nomor )
    6. Halaman.
  1. Rencana anggaran
Berisi antara lain
  1. Upah dan honorarium untuk semua staff
  2. Peralataan, mencakup semua alat yang berguna selama penelitian dan dijelaskan alat-alat apa yang akan habis pakai serta dijelaskaan jumlah biaya yang diperlukan
  3. Bahan habis pakai, termasuk kerrtas dan alat perkantoran yang akan habis pakai
  4. Perjalan, mencakup biaya transportasi dan biaya hidup sehari-hari, biaya itu dirinci per hari
  5. Biaya sewa (rent), mungkin dipelukan jika proyek berlangsung lama dan memerlukan sewa gedung dan peralatan yang harganya mahal
  6. Pengeluaran tak terduga, yang mencakup biaya yang tidak termasuk dalam bagian di atas, misalnya biaya telepon, fotokopi, atau biaya pengeluaran tak terduga karena staff kecelakaan dan lain-lain, biaya ini biasanya tidak boleh lebih dari 10 % dari jumlah yang di atas
  1. Daftar riwayat hidup penyusun rancangan.
Daftar riwayat hidup (bio-data, curriculum vitae) penyusun rancangan usulan penelitian memuat hal-hal sebagai berikut :
    1. Nama lengkap dan derajat akademik
    2. Tempat dan tanggal lahir
    3. Pangkat dan jabatan
    4. Riwayat pendidikan tinggi
    5. Karya ilmiah
    6. Pertemuan ilmiah yang dihadiri dan
    7. Penghargaan ilmiah, bila ada.
IV. BAHAN DAN FORMAT
  1. Bahan
Rancangan usulan penelitian untuk disertasi ditulis pada kertas HVS 80, ukuran A4, dengan mempergunakan warna hitam.
Tabel dan gambar, jika ada, disajikan pada kertas yang sama.
Penyajian Naskah
  1. Pengetikan
    1. Rancangan usulan penelitian untuk disertasi diketik dengan jarak 1,5 spasi.
    2. Huruf yang digunakan huruf Times New Romans ukuran 12 point, 10 ketukan tiap inci.
    3. Untuk seluruh naskah dipergunakan tipe huruf yang sama.
    4. Lambang, huruf atau tanda yang tidak dapat dibuat dengan mesin tulis ditulis dengan rapi menggunakan tinta hitam. Kata asing ditulis dengan huruf Italic.
    5. Huruf kursif diganti dengan huruf biasa dengan diberi garis dibawahnya.
    6. Alenia baru diberi indensi (masuk) 5 ketukan.
  1. Jarak Tepi
Ketikan terletak :
    1. Dari tepi atas : 4 cm
    2. Dari tepi bawah : 3 cm
    3. Dari tepi kiri : 4 cm
    4. Dari tepi kanan : 3 cm
  1. Nomor Halaman
Halaman naskah rancangan usulan penelitian untuk disertasi dan rujukannya diberi nomor urut dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1. Semua nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 2,5 cm dari tepi atas.
  1. Tabel dan Gambar
    1. Tabel dan gambar diberi nomor dengan angka Arab.
    1. Tabel harus diketik dengan menggunakan tipe huruf yang sama dengan yang digunakan untuk mengetik keseluruhan naskah. Dalam hal pengetikan dilakukan dengan mesin tulis IBM atau sejenisnya, harus dipergunakan kepala mesin tulis yang sama. Bila pengetikan tidak mungkin, seperti misalnya lambang, huruf Yunani, penulisan hendaklah dilakukan dengan menggunakan tinta hitam.

  1. Berbagai Tingkatan Judul
Berbagai tingkatan judul ditulis dengan cara sebagai berikut :
    1. Judul diketik dengan huruf kapital semua pada halaman baru dengan jarak 5 cm dari tepi atas dan dengan jarak yang seimbang dari tepi kiri dan kanan.
    2. Sub judul huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital, diletakkan seimbang dari tepi kiri dan kanan dan diberi garis bawah.
    3. Anak Sub judul ditulis mulai dari tepi sebelah kiri, huruf pertamanya diketik dengan huruf kapital dan diberi garis bawah.
    4. Judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada c, diikuti oleh kalimat berikutnya.
  1. Rujukan dan Kutipan
Semua sumber pustaka yang dikutip (secara langsung atau tidak) dan dijadikan rujukan harus disebutkan. Cara menyebutkan sumber itu antara lain dengan menuliskan di dalam kurung : nama pengarang, tahun publikasi dan (kalau perlu) halaman yang dikutip atau yang dijadikan rujukan, kecuali kalau ada ketentuan lain menurut kebiasaan dalam suatu bidang ilmu tertentu. Jumlah halaman rancangan usulan penelitian berkisar antara 15 – 20 halaman.

http://suparman11.wordpress.com/2013/02/17/rancangan-usulan-penelitian/

 


CV (Curriculum Vitae) & Surat Menyurat

1. CV (Curriculum Vitae)


    Pengertian

    CV (Curriculum Vitae) atau daftar riwayat hidup adalah dokumen yang memberikan gambaran mengenai pengalaman sesorang dan kualifikasi lainnya. Di beberapa negara, suatu CV biasanya merupakan hal utama yang dijumpai seorang majikan potensial tentang pencari kerja dan sering digunakan untuk menyaring aplikan (orang-orang yang melamar kerja secara daring) ketika mencari pekerjaan, biasanya dilanjutkan dengan wawancara.

    Hal - Hal yang berhubungn dengan CV

 1. Data Pribadi
Bagian ini berisi nama, alamat, agama, email, nomor telepon dan identitas pribadi lainnya.

2. Pendidikan
Bagian ini menjelaskan latar belakang pendidikan dan berhubungan dengan pekerjaan yang dituju. Pada umumnya, banyak yang  membuat CV menjelaskan dari TK (Pendidikan paling dasar), SD, SMP sampai perguruan tinggi (Pendidikan terakhir).

3. Pengalaman Kerja
Bagian ini adalah bagian yang paling dilihat oleh perekrut kerja. Pengalaman kerja memberikan gambaran apakah seorang kandidat sudah memiliki jam terbang yang cukup atau masih terbatas. Rekruter juga bisa menentukan apakah kandidat dapat segera menyesuaikan diri di organisasi yang baru atau apakah dia butuh penyesuaian yang panjang.

4. Skill Yang Dimiliki
Seharusnya pada bagian ini perlu dijelaskan dalam CV skill apa saja yang telah dimiliki sebagai proses belajar maupun pengalaman dari pekerjaan sebelumnya. Dan dibuat dalam bentuk yang meyakinkan dan informatif.

5. Training Yang Pernah Diikuti
Untuk lebih meyakinkan lagi, perlu memasukkan daftar training yang pernah diikuti sebelumnya untuk memberi gambaran sejauh mana pemilik CV telah berkembang dan wawasan apa saja yang sudah dimiliki.

6. Prestasi
Ini adalah bagian yang penting disamping pengalaman kerja yang menjelaskan keunikan,
kelebihan dan presetasi sebagai individu sekaligus pencapaian di bidang tertentu.

7. Kegiatan Ekstrakurikuler/Kemasyarakatan
Selain hal-hal yang berhubungan langsung dengan pekerjaan. Pada CV juga perlu memberikan sedikit gambaran kegiatan yang dilakukan di masyarakat. Ini akan menunjukkan bahwa pemilik CV bisa membagi waktu dan memiliki hubungan sosial  yang lebih luas, tidak hanya sebatas di lingkungan pekerjaan
   
    Contoh CV

 Curriculum Vitae

Data Pribadi
Nama                                            : Karina Zulkarnai
Tempat, Tanggal lahir                  : Jakarta, 03 November 1986;
Agama                                           : Islam;
Alamat rumah                               : Jl. Wahyu II, No. 10 J, Gandaria Selatan, Jakarta selatan
Nomer telepon                              : 0899123123 (mobile phone);
Email                                             : karinazulkarnain@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Ø  Pendidikan Formal:
·         2004 sampai dengan 2008      :  Jurusan Ilmu Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, lulus dengan IPK 3,52;
·         2001 sampai dengan 2004      :   SMA Negeri 25 Jakarta;
·         1998 sampai dengan 2001      :   SLTP Negeri  68 Jakarta;
·         1992 sampai dengan 1998      :   SD Negeri Nambangan Asih Mulya, Jakarta;

Ø  Pendidikan Non Formal:
·         2011    : Dekorasi Taman pada Park Decoration Club
·         2005    :  Pelatihan ilmu komputer dan web developer

Riwayat Organisasi
·         2005 sampai dengan 2006    : Ketua Himpunan Profesi di Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
·         2002 sampai dengan 2003    : Ketua OSIS di SMA Negri 25 Jakarta

Pengalaman
·        Periode 01 Agustus s/d 31 Agustus 2008       : Kuliah Kerja Lapang (KKL) di Balai Pengawas Obat dan Makanan

Keahlian Komputer
·         Microsoft Office (MS. Word, MS. Excel, MS. PowerPoint) dan Internet.

         Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
                                                                                                Hormat saya,


                                                                                        Karina Zulkarnain S.Tpg


2. Surat Menyurat


    Pengertian

    Buku Dasar-Dasar Kesekretariatan dan Kearsipan, mengemukakan :
    Surat merupakan alat komunikasi tertulis yang efektif, sebagai bahan dokumentasi penting yang sewaktu-waktu dapat dijadikan bahan bukti tertulis. (Drs. E. Martono, 1985).

    Selanjutnya dalam buku Manajemen Sekretaris :

    Surat adalah komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada pihak lain untuk menyampaikan warta atau pesan dengan menggunakan kata-kata yang bersifat umum dan jelas, dapat dimengerti maksud dan tujuannya serta tepat sasaran (Drs. Saiman, M.Si, 2002).

    Secara umum surat adalah suatu sarana untuk menyampaikan informasi atau pernyataan secara tertulis kepada pihak lain baik atas nama pribadi (sendiri) ataupun karena kedinasan. Surat juga merupakan wakil resmi dari yang mengirim untuk membicarakan masalah yang dihadapi. Secara singkat dapat diketemukan bahwa surat adalah alat komunikasi penting dalam tata kerja tata usaha. Apabila terjadi hubungan surat menyurat secara terus menerus dan berkesinambungan, maka kegiatan ini disebut surat menyurat atau lazimnya korespondensi.

    Jenis - jenis Surat
Surat secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga apabila ditinjau dari segi bentuk, isi, dan bahasanya. Sedangkan apabila digolongkan berdasarkan berdasarkan pemakaiannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat resmi, dan surat dinas.

1. Surat Pribadi
Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat dapat berupa korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri - ciri :
  •     Tidak menggunakan kop surat
  •     Tidak ada nomor surat
  •     Salam pembuka dan penutup bervariasi
  •     Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
  •     Format surat bebas

2. Surat Resmi
Surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan, instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan surat pemberitahuan. Ciri - Ciri :
  •     Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi
  •     Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
  •     Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
  •     Penggunaan ragam bahasa resmi
  •     Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
  •     Ada aturan format baku

3. Surat Niaga
Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga seperti industri dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam membangun hubungan dengan pihak luar sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan dapat dibagi atas surat niaga internal dan surat niaga eksternal. lah satu contoh dari surat niaga adalan surat penawaran dan surat penagihan.

4. Surat Dinas
Surat dinas digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti instansi dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam suatu instansi. ungsi dari surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi

5. Surat Lamaran Pekerjaan
Surat lamaran pekerjaan adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh seseorang yang ingin bekerja di sebuah kantor, perusahaan ataupun instansi tertentu. Surat lamaran pekerjaan termasuk surat dinas atau resmi. Oleh karena itu, terdapat aturan-aturan tertentu yang harus diperhatikan dalam penulisannya. Secara umum surat memiliki bagian-bagian seperti berikut ini.

    Hal - Hal Yang Berhubungan Dengan Suat Menyurat

Surat-surat dinas dikantor sekolah mempunyai fungsi, baik keluar maupun kedalam, yaitu sebagai :
(1) alat komunikasi ( wakil dari pengirim/penulis surat);
(2) alat bukti tertulis;
(3) pedoman kerja dalam mengambil tindakan lebih lanjut;
(4) alat pengukur kegiatan kantor sekolah;
(5) alat bukti historis atau alat pengingat;
(6) sarana memperpendek jarak (fungsi abstrak).

    Contoh Jenis - Jenis Surat

1. Surat Dinas/Resmi

Alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan berita/informasi yang berisi hal-hal yang berhubungan dengan kedinasan/kegiatan dinas sebuah instansi pemerintah. Pada umumnya, surat ini menggunakan bahasa yang baku/resmi dan mencantumkan kop/kepala surat

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT PENELITIAN ARKEOLOGI NASIONAL
BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA
Jalan Gedong Kuning 174, Kota Gede, Yogyakarta
---------------------------------------------------------------------------------

Nomor        : 235/F9/6/N/2011                                                  5 Juni  2011
Hal             : Pemberian Bantuan Foto Benda
                     Cagar Budaya
                                      
Yth. Kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan
       Provinsi Jawa Tengah
       di  Prambanan, Jawa Tengah

Dengan hormat,

     Berkenaan dengan surat Saudara Nomor 217/H/P/2011, tanggal 12 Mei 2011, dengan ini kami memberitahukan  bahwa kami bersedia menyediakan foto-foto objek benda cagar budaya Kabupaten Cilacap yang ada di Balai Arkeologi Yogyakarta untuk pameran kepurbakalaan di Kabupaten Cilacap  pada bulan Juli 2011. Foto-foto cagar budaya itu adalah:
1.    Situasi bangunan di dalam Gua Adipala, Cilacap,
2.    Situasi benteng Klingker di Pulau Nusakambangan,
3.    Situasi tiang di tengah bagian Benteng Klingker.
     Atas kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,


Alif Pratama

2. Surat Dagang/Niaga

Alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan berita/informasi yang berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penawaran/permintaan barang-barang atau berhubungan dengan kegiatan dagang. Sama halnya dengan surat dinas/resmi, surat ini juga menggunakan bahasa yang baku/resmi dan mencantumkan kop/kepala surat.
PT JASA SUKSES TAHU DAN TEMPE
Jalan Cikoko Barat IV, Jakarta Selatan
---------------------------------------------------------------------------------

Nomor       : 153/PJS/V/11                                                         18 Mei 2011
Hal            : Penawaran Tahu dan Tempe

Kepada Perkumpulan Warung Nasi Tegal
Jalan Janeti Raya Nomor 34
Jakarta

     Untuk  memenuhi kebutuhan warung-warung nasi tegal di daerah Jakarta akan tempe dan tahu yang bermutu tinggi, dengan ini kami memperkenalkan diri sebagai   perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan tahu dan tempe dengan mutu baik.

     Dalam memproduksi tahu dan tempe,  kami menggunakan alat-alat modern. Kami dapat menjamin mutu dan kebersihannya. Melalui surat ini, kami menawarkan dan  mempersilakan Saudara  untuk mencoba produk tahu  dan tempe produksi  perusahaan kami yang akan  dikirim melalui pegawai kami.

Di bawah ini kami cantumkan harga tahu dan tempe agar Saudara dapat mempertimbangkan atau membandingkan dengan harga tahu dan tempe dari perusahaan lain.
Tempe kualitas A                   Rp 4.500,00 per kg
Tempe kualitas B                   Rp 3.500,00 per kg
Tahu kualitas A                     Rp 5.500,00 per kg
Tahu kualitas B                     Rp 5.000,00 per kg

     Kami melayani pesanan, baik dalam jumlah banyak maupun sedikit, dengan syarat berlangganan. Kami juga berusaha untuk memuaskan pelayanan  dengan mengirimkan  produk  yang  Saudara pesan  dengan tepat waktu.
Sambil menunggu pesanan Saudara, kami mengucapkan terima kasih.

Hormat kami,


Alditama Kurniawan

3. Surat Pribadi
Alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan berita/informasi yang dibuat/dikirim oleh seseorang sebagai pribadi, baik kepada perorangan yang tidak bersifat kedinasan, maupun kepada organisasi/lembaga. Pada umumnya, surat pribadi bersifat personal/tidak resmi, bebas, menggunakan bahasa sehari-hari, dan berisi masalah-masalah pribadi.

Jakarta, 9 Mei 2011
Teruntuk  Azria Husna
Di tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Halo Zia, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu, ya. Semenjak lulus SD, tidak ada kesempatan lagi untuk bertemu. Fi, bagaimana keadaanmu di SMP Negeri 155? Apakah kamu senang bersekolah di sana? Ya, di sana banyak teman kita.

Alhamdullillah, aku di SMP Negeri 115. Aku amat senang! Walaupun hanya tiga orang dari sekolah kita yang berhasil masuk Smabel. Tapi, di sini aku banyak mendapat teman baru yang amat baik dan juga kakak-kakak kelas yang sayang pada adiknya. Apalagi dengan kakak-kakak OSIS dan MPK. Wah, aku kagum sekali dengan Alyssa Haula Syaqilla! Kalau kamu mau mendengar pengalaman ku selama di Smabel, kamu boleh menanyakannya kepadaku. Atau, main saja ke rumahku.

Ngomong-ngomong, aku sangat rindu pada SD kita  dan teman-teman kita waktu SD. Apakah ada acara pertemuan atau reuni angkatan 31? Kalau tidak ada, kita buat acara sendiri saja, yuk. Undang teman-teman kelas 6A. Mumpung bulan Juni nanti banyak waktu liburan. Oh, iya kak Kahlil angkatan 30 yang pintar itu mencalonkan diri sebagai ketua OSIS lho!
Sekian dulu, ya! Sampai jumpa!

Sahabatmu,

Afifah Wardah


Sumber - Sumber :
http://likin-sam.blogspot.com/2013/04/jenis-surat-beserta-contohnya.html
https://docs.google.com/document/d/1oZLr7MiTCsTyAdCjspudWTcp0BpVyBp82pBNeQqse48/edit
http://id.wikipedia.org/wiki/Surat
http://wiharsono.wordpress.com/2011/02/28/arti-surat-menyurat/
http://frackasyster.blogspot.com/2013/05/contoh-curriculum-vitae-bahasa-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Curriculum_vitae
http://wulanaqsari01.blogspot.com/2014/06/curiculum-vitae.html

Selasa, 14 Oktober 2014

SILOGISME BAHASA INDONESIA
Istilah dalam silogisme
     Kita mungkin, dengan Aristoteles, membedakan istilah tunggal seperti Socrates dan istilah umum seperti orang Yunani. Aristoteles lebih lanjut dibedakan (a) istilah yang bisa menjadi subjek predikasi, dan (b) istilah yang bisa digambarkan tentang orang lain dengan penggunaan kopula (ini adalah). (Seperti predikasi adalah dikenal sebagai distributif sebagai lawan non-distributif seperti di Yunani sangat banyak. Hal ini jelas yang silogisme Aristoteles bekerja hanya untuk predikasi distributif karena kita tidak bisa alasan Semua Yunani adalah binatang, binatang yang banyak, oleh karena itu Semua Yunani sangat banyak ) Dalam pandangan Aristoteles. segi tunggal adalah jenis (a) dan istilah umum tipe (b). Jadi Pria bisa didasarkan dari Socrates tetapi Socrates tidak dapat digambarkan tentang apa-apa. Oleh karena itu untuk memungkinkan istilah yang akan dipertukarkan – yang akan baik dalam posisi subjek atau predikat proposisi dalam silogisme – syarat harus istilah umum, atau istilah kategoris karena mereka datang untuk dipanggil. Akibatnya, proposisi silogisme harus menjadi proposisi kategoris (baik secara umum) dan hanya menggunakan istilah silogisme kategoris kemudian disebut silogisme kategoris.
     Hal ini jelas bahwa tidak akan mencegah istilah tunggal yang terjadi dalam silogisme – asalkan selalu dalam posisi subjek – tetapi seperti silogisme, bahkan jika valid, tidak akan menjadi silogisme kategoris. Salah satu contoh seperti akan Socrates adalah seorang pria, Semua manusia fana, oleh karena itu Sokrates adalah fana. Intuitif ini adalah sebagai berlaku sebagai Semua Yunani adalah laki-laki, semua manusia fana karena itu semua orang Yunani adalah fana. Untuk berpendapat bahwa validitas dapat dijelaskan oleh teori silogisme akan perlu untuk menunjukkan bahwa Sokrates adalah seorang pria adalah setara dengan proposisi kategoris. Bisa dikatakan Socrates adalah seorang pria adalah setara dengan Semua yang identik dengan Socrates adalah laki-laki, jadi non-kategorikal silogisme kita dapat dibenarkan dengan penggunaan BARBARA di atas dan kemudian mengutip kesetaraan.
     Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.
 Pola penalaran secara sederhana dibedakan menjadi dua:
 1) deduktif.
 2) induktif.
     Pola penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi secara etimologis berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum / universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
  • Dalam konteks demikian terdapat prinsip, hukum, teori, atau putusan lain yang berlaku umum suatu suatu hal, peristiwa, atau gejala. Perhatikan contoh berikut :
1. Semua siswa-siswi kelas XII IPA SMA Gila Nama memperoleh predikat lulus100 % dan memuaskan serta menduduki peringkat empat besar dalam Ujian Nasional tahun lalu. Tetanggaku, Kenthus yang agak nyeleneh itu, siswa kelas XII IPA di sekolah itu. Maka, pastilah si Kenthus lulus dengan predikat memuaskan serta baik nilainya.
2. Semua warga RT 5 / RW 3 Kampung Getah Basah yang ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan berarti memiliki sikap nasionalisme yang baik. Pamanku si gendut lagi pula warga kampung itu juga ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan. Pasti, pamanku itu sikap nasionalismenya baik.
      Apabila kita cermati, kedua contoh di atas menggunakan pola penalaran deduktif, yaitu pola penalaran yang berdasar dari pernyataan yang bersifat umum kemudian mengkhusus. Tipe penalaran seperti ini bermula dari suatu peryataan yang berlaku untuk semua anggota populasi dari suatu komunitas. Berdasarkan hal ini ditariklah kesimpulan yang mengenai salah satu individu anggota komunitas itu.
     Jika menggunakan penalaran seperti ini, tidak mungkinkah kita terjebak dalam suatu pola penyamarataan dengan generalisasi atau apriori? Dalam konteks demikian, lebih baik bila kita memadukan pola deduktif dan induktif, terutama kaitannya dengan kehidupan sehari-hari untuk menghindarkan diri dari kesalahan nalar yang bisa berakibat fatal bagi kita. Kemahiran memadukan kedua tipe penalaran ini membawa kita ke arah penalaran yang analistis, kritis, dan intuitif tajam. Apalagi bila hal tersebut bertumpu pada kelengkapan dan akurasi data, fakta, evidensi, dan bukti yang akan memperlihatkan kesahihan dan kecerdasan berpikir.
  • Silogisme sebagai Bentuk Hasil Penalaran Deduktif
      Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan-pernyataan ( proposisi yang kemudian disebut premis ) sebagai antesedens ( pengetahuan yang sudah dipahami ) hingga akhirnya membentuk suatu kesimpulan ( keputusan baru ) sebagai konklusi atau konsekuensi logis. Keputusan baru tersebut selalu berkaitan dengan proposisi yang digunakan sebagai dasar atau dikemukakan sebelumnya. Oleh karena hal tersebut, perlu dipahami hal-hal teknis berkaitan dengan silogisme sehingga penalaran kita benar dan dapat diterima nalar.
  • Sehubungan dengan hal tersebut perlu diperhatikan konsep-konsep berikut ini :
1. Pernyataan pertama dalam silogisme disebut premis mayor, sedangkan pernyatan kedua disebut premis minor.
2. Dalam silogisme hanya terdapat tiga term ( batasan ), yaitu term I : predikat dalam premis mayor ( B ), term II : predikat dalam premis minor ( C ), dan term III / antara, yaitu term yang menghubungkan antara premis mayor dan premis minor ( A ).
3. Dalam sebuah silogisme hanya ada tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
4. Bila kedua premis negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan.
5. Bila salah satu premisnya negatif, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
6. Bila salah satu premis partikular, kesimpulan tidak sahih.
7. Kedua premis tidak boleh partikular.
8. Rumus:
PM (premis mayor) : A = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
  

  •               Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga:
  1. silogisme kategorial.
  2. silogisme hipotetis.
  3. silogisme alternatif dan entimem
1. Silogisme Kategorial
        Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

        Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.Yang perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita tidak demikian nampak, entah di realita pembicaraan sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam menyimak atau mendengarkan atau menerima pendapat seseorang, kita perlu berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran yang digunakan sehingga kita dapat menilai seberapa tingkat kualitas kesahihan pendapat itu.
Dalam hal seperti ini kita perlu menentukan: 
1) kesimpulan apa yang disampaikan.
2) mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya.
3) menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
     Berdasarkan hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen, pendapat, alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan demikian, secara kritis kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang cerdik, pintar, arif, dan tidak menerima begitu saja kebenaran / opini yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan hal inilah akhirnya kita mampu menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak suatu pendapat yang kita terima.

Contoh:
PU          = Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
PK           = Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
K             = Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
PU          = Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
PK           = Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
K             = Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
PU          =  Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
PK           =  Sebagian pejabat korupsi (minor).
K             = Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing  bukan bunga mawar  (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
PU          = Kerbau adalah binatang.(premis 1)
PK           = Kambing  bukan kerbau.(premis 2)
K             = Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
PU          = Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
PK           = Januari  adalah bulan.(minor)
K             = Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklUsinya.
Contoh:
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
            Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
2.Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antesedent.
Contoh:
PU          = Jika hujan saya naik becak.(mayor)
PK           = Sekarang hujan.(minor)
K             = Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
PU          = Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
PK           = Sekarang bumi telah basah (minor).
K             = Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetis Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
  1. Silogisme Alternatif
     Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung  atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen
                Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.
Contoh:
1. Imey memang siswa yang amat baik masa depannya sebab ia bersekolah di SMA Bina Kerangka.
2. Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari Hollywood?
3. Temanku sebangku itu amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam shio macan.
Bila kita cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian silogismenya, kita lihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik kesimpulan.


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/bahasa-indonesia-silogisme-kategorial/
http://bahasaindosugik.blogspot.com/2011/12/silogisme.html